CANDI PRAMBANAN
Oleh: Desti Balqis Alimah Salsabila
Latar Belakang:
Candi
Prambanan atau Candi Roro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di
Indonesia. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama Hindu yaitu
Brahma (dewa pencipta), Wishnu (dewa pemelihara), dan Siwa (dewa pemusnah).
Kompleks candi ini terletak di kecamatan Prambanan,
Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten. Candi Prambanan terletak di wilayah
administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk kompleks
Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Tlogo, Prambanan, Klaten.
Candi
ini termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia dan
salah satu candi terindah di Asia Tenggara.
Sejarah:
Candi Prambanan adalah kelompok percandian Hindu
yang dibangun pleh raja-raja Dinasti Sanjaya pada abad ke-9. Ditemukannya
tulisan nama Pikatan pada candi ini menimbulkan pendapat bahwa candi ini
dibangun oleh Rakai Pikatan yang kemudian diselesaikan oleh Rakai Balitung
berdasarkan prasasti berangka tahun 856 M “Prasasti Siwargrha” untuk meneguhkan
kedudukannya sebagai raja yang besar. Terjadinya perpindahan pusat kerajaan
Mataram ke Jawa Timur berakibat tidak terawatnya candi-candi di daerah ini
ditambah dengan terjadinya gempa bumi serta beberapa kali meletusnya Gunung
Merapi menjadikan beberapa bagian Candi Prambanan runtuh sehingga, tinggal
puing-puing batu yang berserakan.
Selain
itu, terdapat Legenda Roro Jonggrang yang menceritakan asal mula
terbentuknya Candi Prambanan. Berikut adalah Legenda Roro Jonggrang:
Alkisah,
pada dahulu kala terdapat sebuah kerajaan besar yang bernama Prambanan.
Rakyatnya hidup tenteram dan damai. Kemudian, Kerajaan Prambanan diserang dan
dijajah oleh negeri Pengging. Ketentraman Kerajaan Prambanan menjadi terusik.
Para tentara tidak mampu menghadapi serangan pasukan Pengging. Akhirnya,
kerajaan Prambanan dikuasai oleh Pengging, dan dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Bandung
Bondowoso seorang yang suka memerintah dengan kejam. “Siapapun yang tidak
menuruti perintahku, akan dijatuhi hukuman berat!”, ujar Bandung Bondowoso pada
rakyatnya. Bandung Bondowoso adalah seorang yang sakti dan mempunyai pasukan
jin. Tidak berapa lama berkuasa, Bandung Bondowoso suka mengamati gerak-gerik
Loro Jonggrang, putri Raja Prambanan yang cantik jelita. “Cantik nian putri
itu. Aku ingin dia menjadi permaisuriku,” pikir Bandung Bondowoso.Esok
harinya, Bondowoso mendekati Roro Jonggrang. “Kamu cantik sekali, maukah kau
menjadi permaisuriku ?”, Tanya Bandung Bondowoso kepada Roro Jonggrang. Roro
Jonggrang tersentak, mendengar pertanyaan Bondowoso. “Laki-laki ini lancang
sekali, belum kenal denganku langsung menginginkanku menjadi permaisurinya”,
ujar Loro Jongrang dalam hati. “Apa yang harus aku lakukan ?”. Roro Jonggrang
menjadi kebingungan. Pikirannya berputar-putar. Jika ia menolak, maka Bandung
Bondowoso akan marah besar dan membahayakan keluarganya serta rakyat Prambanan.
Untuk mengiyakannya pun tidak mungkin, karena Loro Jonggrang memang tidak suka
dengan Bandung Bondowoso.“Bagaimana,
Roro Jonggrang ?” desak Bondowoso. Akhirnya Roro Jonggrang mendapatkan ide.
“Saya bersedia menjadi istri Tuan, tetapi ada syaratnya,” Katanya. “Apa
syaratnya? Ingin harta yang berlimpah? Atau Istana yang megah?”. “Bukan itu,
tuanku, kata Roro Jonggrang. Saya minta dibuatkan candi, jumlahnya harus seribu
buah. “Seribu buah?” teriak Bondowoso. “Ya, dan candi itu harus selesai dalam
waktu semalam.” Bandung Bondowoso menatap Roro Jonggrang, bibirnya bergetar
menahan amarah. Sejak saat itu Bandung Bondowoso berpikir bagaimana caranya
membuat 1000 candi. Akhirnya ia bertanya kepada penasehatnya. “Saya percaya
tuanku bias membuat candi tersebut dengan bantuan Jin!”, kata penasehat. “Ya,
benar juga usulmu, siapkan peralatan yang kubutuhkan!” Setelah
perlengkapan di siapkan. Bandung Bondowoso berdiri di depan altar batu. Kedua
lengannya dibentangkan lebar-lebar. “Pasukan jin, Bantulah aku!” teriaknya
dengan suara menggelegar. Tak lama kemudian, langit menjadi gelap. Angin
menderu-deru. Sesaat kemudian, pasukan jin sudah mengerumuni Bandung Bondowoso.
“Apa yang harus kami lakukan Tuan ?”, tanya pemimpin jin. “Bantu aku membangun
seribu candi,” pinta Bandung Bondowoso. Para jin segera bergerak ke sana
kemari, melaksanakan tugas masing-masing. Dalam waktu singkat bangunan candi
sudah tersusun hampir mencapai seribu buah. Sementara
itu, diam-diam Roro Jonggrang mengamati dari kejauhan. Ia cemas, mengetahui
Bondowoso dibantu oleh pasukan jin. “Wah, bagaimana ini?”, ujar Roro Jonggrang
dalam hati. Ia mencari akal. Para dayang kerajaan disuruhnya berkumpul dan
ditugaskan mengumpulkan jerami. “Cepat bakar semua jerami itu!” perintah Roro
Jonggrang. Sebagian dayang lainnya disuruhnya menumbuk lesung. Dung… dung…dung!
Semburat warna merah memancar ke langit dengan diiringi suara hiruk pikuk,
sehingga mirip seperti fajar yang menyingsing. Pasukan
jin mengira fajar sudah menyingsing. “Wah, matahari akan terbit!” seru jin. “Kita
harus segera pergi sebelum tubuh kita dihanguskan matahari,” sambung jin yang
lain. Para jin tersebut berhamburan pergi meninggalkan tempat itu. Bandung
Bondowoso sempat heran melihat kepanikan pasukan jin. Paginya,
Bandung Bondowoso mengajak Roro Jonggrang ke tempat candi. “Candi yang kau
minta sudah berdiri!”. Roro Jonggrang segera menghitung jumlah candi itu.
Ternyata jumlahnya hanya 999 buah!. “Jumlahnya kurang satu!” seru Loro
Jonggrang. “Berarti tuan telah gagal memenuhi syarat yang saya ajukan”. Bandung
Bondowoso terkejut mengetahui kekurangan itu. Ia menjadi sangat murka. “Tidak
mungkin…”, kata Bondowoso sambil menatap tajam pada Roro Jonggrang. “Kalau
begitu kau saja yang melengkapinya!” katanya sambil mengarahkan jarinya pada
Roro Jonggrang. Ajaib! Roro Jonggrang langsung berubah menjadi patung batu.
Sampai saat ini candi-candi tersebut masih ada dan terletak di wilayah
Prambanan, Jawa Tengah dan disebut Candi Roro Jonggrang.
Dampak ekonomi sosial dan budaya Candi Prambanan:
Lingkungan
candi prambanan dijadikan sebagai lapangan
pekerjaan oleh masyarakat sekitar seperti berjualan cinderamata, pemandu
wisata, dan jasa supir bus/travel. Selain itu dampak ekonominya juga menambah
pendapatan daerah dan memicu pembangunan perekonomian.Dampak
budaya terhadap lingkungan sekitar yaitu masyarakat sekitar rutin memberi
sesaji dan persembahan sendra tari Ramayana. Budaya yang dilakukan oleh
masyarakat sekitar Komplek Candi Prambanan masih terjaga.
Dampak negatif ekonomi
adalah banyak pedagang yang berjualan di sekitar Kompleks Candi Prambanan tanpa
meminta ijin pada pihak berwajib terlebih dahulu, ada beberapa pengunjung yang
terganggu saat ditawari barang dagangan oleh pedagang.
Cara mengatasi dampak ekonomi sosial dan budaya:
·
Memberi sanksi kepada pedagang kaki lima
yang berjualan di trotoar sekitar Candi prambanan.
· Memberi fasilitas-fasilitas untuk
pengunjung agar lebih tertarik untuk datang dan mempelajari Candi Prambanan.
Contohnya adalah toilet, mushola, taman bermain, restoran, dan lain-lain.
·
Melestarikan budaya-budaya Candi
Prambanan, contohnya sendra tari Ramayana.
·
Memberikan pelayanan yang baik terhadap
para pengunjung Candi Prambanan, baik pengunjung lokal maupun mancanegara.
· Tidak merusak properti apa pun yang ada
di Candi Prambanan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar